"Bisakah kita menggantikan rasa sedih itu menjadi ceria kembali dalam sekejab?"
Ah, manusia, memang tabiatnya, selalu ingin terburu-buru!
Akan
tetapi -alhamdulillah- ternyata cara itu ada. Tetapi ada syaratnya.
Apa syarat itu? Mudah saja, anda percaya dan yakin (haqqul yaqin)
kepada Allah Azza wa Jalla.
Berikut caranya, anda cukup membaca do'a dibawah ini, disertai keyakinan bahwa Allah akan mengangkat rasa sedih anda;
اللِّهُمَّ إنِّي عَبْدُكَ ،
ابْنُ
عَبْدِكَ ، ابْنُ أَمَتِكَ ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ ، مَاضِ فِيَّ حُكْمُكَ
، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ ،
سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ ، أَوْ أنْزَلْتَهُ فِي كِتَاَبِكَ ، أَوْ
عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ
الْغَيْبِ عِنْدَكَ ، أنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي ، وَ نُورَ
صَدْرِي ، وَ جَلاءَ حُزْنِي ، وَ ذَهَابَ هَمِّي
Allahumma
inni 'abduka, ibnu 'abdika, ibnu amatika, naasiyati biyadika, maadhin
fiyya hukmuka, 'adhlun fiyya qadha'uka asaluka bi kulli ismin huwa
laka, sammaita bihi nafsaka, aw an-zaltahu fi kitabika, aw'allamtahu
ahadan min khalqika, awista'tharta bihi fi 'ilmil-ghaibi 'indaka, an
taj'alal-Qur' ana Rabbi'a qalbi, wa nura sadri, wa jalaa'a huzni, wa
dhahaba hammi
Artinya:
“Ya Allah
Sesungguhnya aku ini adalah hamba, anak dari hamba-Mu laki-laki, anak
dari hamba-Mu perempuan. Ubun-Ubunku berada di tangan-Mu, mengikuti
keputusan takdir-Mu dan berjalan sesuai dengan ketetapan-Mu. Aku
memohon kepada-Mu dengan setiap nama yang menjadi milik-Mu, Nama yang
Engkau lekatkan sendiri untuk diri-Mu, atau Engkau sebutkan dalam
kitab-Mu, atau Engkau ajarkan kepada salah seorang di antara hamba-Mu
(Nabi), atau Engkau sembunyikan di alam keghaiban-Mu, hendaknya Engkau
menjadikan al Qur’an ini sebagai penyejuk hatiku, cahaya dalam dadaku,
penghilang kesedihanku dan penolak rasa gundahku.”
(HR Ahmad, Ibn Hibban)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar