TEORI H. L BLUM
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat
Dosen
Pembimbing :
M. Chusnan Aprianto S. si, M.sc
Disusun
Oleh :
Puspitasari Dyah Pratiwi
NPM : 044.175.10.102
AKADEMI
KEBIDANAN BHAKTI ASIH
PURWAKARTA
2012
A.
Teori H.L Blum
Konsep hidup
sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan untuk diterapkan. Kondisi sehat
secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual
dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini
diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum
menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya
masalah kesehatan.
Keempat
faktor tersebut terdiri dari faktor
perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis
cakupan dan kualitasnya) dan faktor
genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang
mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara
faktor tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling
besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini
disebabkan karena faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor
lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh
perilaku masyarakat.
Di zaman
yang semakin maju seperti sekarang ini maka cara pandang kita terhadap
kesehatan juga mengalami perubahan. Apabila dahulu kita mempergunakan paradigma
sakit yakni kesehatan hanya dipandang sebagai upaya menyembuhkan orang yang
sakit dimana terjalin hubungan dokter dengan pasien (dokter dan pasien). Namun
sekarang konsep yang dipakai adalah paradigma sehat, dimana upaya kesehatan
dipandang sebagai suatu tindakan untuk menjaga dan meningkatkan derajat
kesehatan individu ataupun masyarakat (SKM dan masyarakat).
Dengan
demikian konsep paradigma sehat H.L. Blum memandang pola hidup sehat seseorang
secara holistik dan komprehensif. Masyarakat yang sehat tidak dilihat dari
sudut pandang tindakan penyembuhan penyakit melainkan upaya yang
berkesinambungan dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat dalam hal ini memegang kendali dominan
dibandingkan peranan dokter. Sebab hubungan dokter dengan pasien hanya sebatas
individu dengan individu tidak secara langsung menyentuh masyarakat luas.
Ditambah lagi kompetensi dalam memanagement program lebih dikuasai lulusan SKM
sehingga dalam perkembangannya SKM menjadi ujung tombak program kesehatan di
negara-negara maju.
Untuk negara
berkembang seperti Indonesia justru, paradigma sakit yang digunakan. Dimana
kebijakan pemerintah berorientasi pada penyembuhan pasien sehingga terlihat
jelas peranan dokter, perawat dan bidan sebagai tenaga medis dan paramedis
mendominasi. Padahal upaya semacam itu sudah lama ditinggalkan karena secara
financial justru merugikan Negara. Anggaran APBN untuk pendanaan kesehatan
diIndonesiasemakin tinggi dan sebagian besar digunakan untuk upaya pengobatan
seperti pembelian obat, sarana kesehatan dan pembangunan gedung. Seharusnya
untuk meningkatan derajat kesehatan kita harus menaruh perhatian besar pada akar
masalahnya dan selanjutnya melakukan upaya pencegahannya. Untuk itulah maka
upaya kesehatan harus fokus pada upaya preventif (pencegahan) bukannya curative
(pengobatan).
Namun yang
terjadi anggaran untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui program promosi
dan preventif dikurangi secara signifikan. Akibat yang ditimbulkan adalah
banyaknya masyarakat yang kekurangan gizi, biaya obat untuk puskesmas
meningkat, pencemaran lingkungan tidak terkendali dan korupsi penggunaan
askeskin. Dampak sampingan yang terjadi tersebut dapat timbul karena kebijakan
kita yang keliru.
B.
KONSEP BLUM
Semua Negara
di dunia menggunakan konsep Blum dalam menjaga kesehatan warga negaranya. Untuk
Negara maju saat ini sudah fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Sehingga asupan makanan anak-anak mereka begitu dijaga dari segi gizi sehingga
akan melahirkan keturunan yang berbobot. Kondisi yang berseberangan
dialamiIndonesiasebagai Negara agraris, segala regulasi pemerintah tentang
kesehatan malah fokus pada penanggulangan kekurangan gizi masyarakatnya. Bahkan
dilematisnya banyak masyarakatkotayang mengalami kekurangan gizi. Padahal dari
hasil penelitian membuktikan wilayahIndonesiapotensial sebagai lahan pangan dan
perternakan karena wilayahnya yang luas dengan topografi yang mendukung.Adaapa
dengan pemerintah?. Satu jawaban yang pasti seringkali dalam analisis kesehatan
pemerintah kurang mempertimbangkan pendapat ahli kesehatan masyarakat (public
health) sehingga kebijakan yang dibuat cuma dari sudut pandang kejadian sehat-sakit.
Dalam konsep
Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-masing faktor saling
keterkaitan berikut penjelasannya :
1.
Perilaku masyarakat
Perilaku
masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan penting untuk
mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Hal ini dikarenakan budaya hidup bersih dan
sehat harus dapat dimunculkan dari dalam diri masyarakat untuk menjaga
kesehatannya. Diperlukan suatu program untuk menggerakan masyarakat menuju satu
misi Indonesia Sehat 2010. Sebagai tenaga motorik tersebut adalah orang yang
memiliki kompetensi dalam menggerakan masyarakat dan paham akan nilai kesehatan
masyarakat. Masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat akan
menghasilkan budaya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.
Pembuatan
peraturan tentang berperilaku sehat juga harus dibarengi dengan pembinaan untuk
menumbuhkan kesadaran pada masyarakat. Sebab, apabila upaya dengan menjatuhkan
sanksi hanya bersifat jangka pendek. Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role model
harus diajak turut serta dalam menyukseskan program-program kesehatan.
2.
Lingkungan
Berbicara
mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik. Lingkungan
yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya
penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya
penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan
tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung
jawab semua pihak untuk itulah perlu kesadaran semua pihak.
Puskesmas
sendiri memiliki program kesehatan lingkungan dimana berperan besar dalam
mengukur, mengawasi, dan menjaga kesehatan lingkungan masyarakat. namun
dilematisnya di puskesmas jumlah tenaga kesehatan lingkungan sangat terbatas
padahal banyak penyakit yang berasal dari lingkungan kita seperti diare, demam
berdarah, malaria, TBC, cacar dan sebagainya.
Disamping
lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan. Sebagai mahluk sosial
kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi individu satu dengan
yang lainnya harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan sosial yang buruk
dapat menimbulkan masalah kejiwaan.
3.
Pelayanan kesehatan
Kondisi
pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan
posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu
dalam mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan
kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan
kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan.
Puskesmas
sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat sangat besar perananya.
sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang membutuhkan edukasi dan
perawatan primer. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager yang
memiliki kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun
program-program kesehatan. Utamanya program-program pencegahan penyakit yang
bersifat preventif sehingga masyarakat tidaka banyak yang jatuh sakit.
Banyak
kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah seperti diare, demam berdarah,
malaria, dan penyakit degeneratif yang berkembang saat ini seperti jantung
karoner, stroke, diabetes militus dan lainnya. penyakit itu dapat dengan mudah
dicegah asalkan masyarakat paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi
lingkungan dan kesehatannya.
4.
Genetik / Keturunan
Seperti apa
keturunan generasi muda yang diinginkan ???. Pertanyaan itu menjadi kunci dalam
mengetahui harapan yang akan datang. Nasib suatu bangsa ditentukan oleh
kualitas generasi mudanya. Oleh sebab itu kita harus terus meningkatkan
kualitas generasi muda kita agar mereka mampu berkompetisi dan memiliki
kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.
Dalam hal
ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada masa inilah
perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa mendatang. Namun masih
banyak saja anakIndonesiayang status gizinya kurang bahkan buruk. Padahal
potensi alamIndonesiacukup mendukung. oleh sebab itulah program penanggulangan
kekurangan gizi dan peningkatan status gizi masyarakat masih tetap diperlukan.
Utamanya program Posyandu yang biasanya dilaksanakan di tingkat RT/RW. Dengan
berjalannya program ini maka akan terdeteksi secara dini status gizi masyarakat
dan cepat dapat tertangani.
Program
pemberian makanan tambahan di posyandu masih perlu terus dijalankan,
terutamanya daeraha yang miskin dan tingkat pendidikan masyarakatnya rendah.
Pengukuran berat badan balita sesuai dengan kms harus rutin dilakukan. Hal ini
untuk mendeteksi secara dini status gizi balita. Bukan saja pada gizi kurang
kondisi obesitas juga perlu dihindari. Bagaimana kualitas generasi mendatang
sangat menentukan kualitas bangas Indonesia mendatang.
C.
Derajat
Kesehatan Masyarakat
Menurut Hendrik L Blum, peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang dapat diukur dari
tingkat mortalitas dan morbiditas penduduk
yang dipengaruhi oleh
empat factor penentu, yaitu
:
factor –
factor lingkungan (45 persen), perilaku kesehatan (30 persen), pelayanan
kesehatan (20 persen) dan
kependudukan / keturunan (5 persen). Hubungan derajat kesehatan dengan keempat faktornya
digambarkan Hendrik L Blum dalam bagan berikut:
Gambar 3.4.Analisis
Derajat Kesehatan
(konsep Hendrik L Blum)
Lingkungan
45 %
Keturunan Pelayanan
5 %
Kesehatan
20%
Perilaku
30 %
TAXONOMI
BLOOM
Taksonomi berasal dari bahasaYunani tassein berarti
untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan.
Taksonomi berarti klasifikasi berhirarkhi dari sesuatu atau prinsip yang
mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan
kejadian-sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut
beberapa skema taksonomi. Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan
pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom, seorang psikolog bidang
pendidikan. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga
ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi,
pengetahuan dan keahlian mentalitas. Ranah afektif meliputi fungsi yang
berkaitan dengan sikap dan perasaan. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan
dengan fungsi manipulatif dan kemampuan fisik. Ranah kognitif
menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang menggambarkan tujuan
yang diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahap-tahap kemampuan
yang harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukan kemampuan mengolah
pikirannya sehingga mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan.
Mengubah teori ke dalam keterampilan terbaiknya
sehinggi dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai produk inovasi
pikirannya.
sehinggi dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai produk inovasi
pikirannya.
Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring dengan
perkembangan dan
kemajuan jaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama
Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil
perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi
Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari
kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan
secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah
kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi
analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak
berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating
yang sebelumnya tidak ada.
kemajuan jaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama
Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil
perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi
Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari
kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan
secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah
kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi
analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak
berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating
yang sebelumnya tidak ada.
Sumber : Depkes RI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar